Pendahuluan

October 27th, 2015

ASEAN economic community (Masyarakat Ekonomi ASEAN – MEA) adalah komunitas negara negara ASEAN yang bertekad mewujudkan kawasan ekonomi yang terintegrasi. Sebagai konsekuensinya, setiap anggota MEA memberi peluang pada
profesional untuk bermigrasi dari satu negara ke negara lain. Persaingan yang terbuka ini berdampak pada tuntutan peningkatan profesionalitas pelaku ekonomi dan pelaku sektor pendukungnya, tidak terkecuali profesional Indonesia. Sektor pendukung utama ekonomi Indonesia yang masih dapat dioptimalkan adalah sektor pembangunan infrastruktur dan
sektor transportasi. Di kedua sektor tersebut tampak jelas ketertinggalan Indonesia dibanding dengan negara ASEAN yang lebih maju, terutama bila dirasakan pada kondisi infrastruktur dan transportasi di kota-kota besar di Indonesia.

Surabaya adalah salah satu kota terbesar ke-dua di Indonesia. Kota Surabaya juga merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, serta pendidikan di Jawa Timur dan kawasan Indonesia bagian timur. Kota Surabaya semakin mengalami perkembangan yang pesat setiap tahunnya, perkembangan tersebut menjadikan Surabaya pusat kawasan perekonomian di Kawasan Indonesia bagian Timur. Kondisi tersebut membuat Surabaya semakin ramai oleh banyak pendatang sehingga menjadikan Kota Surabaya menjadi padat. Akan tetapi, kondisi ini kurang ditunjang oleh kondisi infrastruktur dan transportasi di kota Surabaya.

Semakin padatnya jumlah penduduk di Surabaya menyebabkan semakin tinggi mobilitas penduduk sehingga akan semakin meningkatnya kebutuhan Surabaya akan transportasi. Apabila masing-masing warga di Surabaya menggunakan kendaraan pribadi maka kemacetan jalan tidak dapat dihindari. Surabaya sebagai pusat perekonomian wilayah Indonesia Timur akan segera menanggung dampak nyata yaitu terjadinya kemacetan jalan dimana-mana nantinya. Apabila kondisi ini dibiarkan terus-menerus, maka semakin meningkatnya aktifitas bisnis di Surabaya maka akan mengundang semakin banyak
pendatang dan akan menyebabkan semakin padat penduduk serta semakin parah kemacetan yang terjadi di Kota Surabaya.

Melihat kondisi tersebut di atas, Pemerintah Kota Surabaya berupaya untuk melakukan peningkatan transportasi massal berupa Light Rapid Tranport (LRT) dan monorail. Upaya ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk menghindari kemacetan jalan di Kota Surabaya dimasa yang akan datang. Selain itu, rencana ini juga adalah salah satu upaya untuk mendukung terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Sampai saat ini, upaya tersebut masih belum terlaksana dengan optimal. Kendala utama yang dihadapi adalah kurangnya sumber daya finansial dan manusia yang diperlukan untuk mewujudkan transportasi masal tersebut. Selain itu, kondisi Surabaya yang padat penduduk memunculkan banyak kendala khususnya masalah pembebasan lahan. Semua kendala di atas juga mencerminkan rendahnya kesadaran pemerintah kota dan masyarakat tentang perlunya mewujudkan pembangunan di kota-kota besar menjadi pembangunan kota yang berkelanjutan (sustainable city).

Insan akademisi di perguruan tinggi di manapun di Indonesia dan di dunia diharapkan dapat berperan memacu terwujudnya Sustainable city dalam pembangungan kota Surabaya dalam bentuk sumbangan pemikiran yang inovatif tentang perancangan
sarana/sarana transportasi massal. Akademisi dapat pula berperan serta dalam sektor transportasi massal pada perancangan sarana/prasarana pemanfaatan sumber daya berwawasan lingkungan secara optimal.

Mengacu pada tinjauan diatas, maka Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, mengadakan International Conference on Civil Engineering Research (ICCER) tahun 2016 dan Seminar Nasional Teknik Sipil XII (SEMNAS) tahun 2016 dengan tema “Contribution of Civil Engineering Toward Building Sustainable City”

 

 

Comments are closed.